Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan
perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik
baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya
pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan
kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut
merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia
bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)
Sekilas Tentang Hadits
Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas,
melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari
Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh : - Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999. - Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412. - Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.
Makna Hadits Secara Umum
Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan
definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang
yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki
pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat
dan karakter ini akan mempesona siapa saja.
Kemudian
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari
adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala
persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut
nagatifnya.
Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan,
kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan
refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu
dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan
kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya
melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.
Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka,
sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena
ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi
dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga
refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada
Allah SWT.
Urgensi Kesabaran
Kesabaran merupakan salah
satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan
sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya
keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari
keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan
jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana
juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah
Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang
beriman sebagaimana hadits di atas.
Namun kesabaran adalah
bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan
identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang
lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam
berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang
menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah.
Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat
bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.
Sabar
juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat
pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi.
Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia
menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam
ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk
bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid
dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat
jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai
keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.
Makna Sabar
Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah
menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro",
yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa,
sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah
firman Allah dalam Al-Qur'an:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)
Perintah untuk bersabar
pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’
dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap
keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan
dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai
dari mengingat Allah SWT.
Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan
lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang
tidak terarah.
Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah
keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan
tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar
adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah.
Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak
mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak
sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha,
ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.
Rasulullah
SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad
adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan
senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran
untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai,
bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti
keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan
peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah
salah satu indikasi tidak sabar.
Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an
Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai
kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut
dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik
berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran
menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya.
Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam
al-Qur'an menjadi beberapa macam;
1. Sabar merupakan perintah
Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: "Hai
orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar
dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat
banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16:
127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.
2. Larangan isti'ja
l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS.
Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka…"
3. Pujian Allah bagi
orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177:
"…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa."
4. Allah SWT akan
mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah
SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT
senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman
(QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu
beserta orang-orang yang sabar."
6. Mendapatkan pahala surga
dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 - 24); "(yaitu)
surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang
yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya,
sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan
bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu."
Inilah diantara gambaran Al-Qur'an
mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih
sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus
membahas mengenai kesabaran.
Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.
Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali
sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam
kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang
bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut
menggambarkan kesabaran sebagai berikut; 1. Kesabaran merupakan
"dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah,
seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan,
"…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)
2.
Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara
optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang
mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan
menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)
3. Kesabaran
merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan,
"…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih
lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)
4. Kesabaran
merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana
hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang
yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan
kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut
adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan,
ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik
baginya." (HR. Muslim)
5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan
pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra
berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah
berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian
diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)
6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat
pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku
memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli
oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya
seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya
mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)
7. Kesabaran merupakan
ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah
hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW
bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang
yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR.
Bukhari)
8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah
SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa
Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan,
sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga
duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya
dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)
9. Kesabaran
merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga
ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa
hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik
baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan;
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah
seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena
musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya,
hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup
itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik
bagiku." (HR. Bukhari Muslim)
Bentuk-Bentuk Kesabaran
Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan
kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi
ujian dari Allah:
1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah.
Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena
secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat
ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan
insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan
ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan
infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan
jihad.
Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat,
yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan
Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam
merealisasikan adab dan sunah-sunahnya. (3) Kondisi ketika telah
selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang
telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.
2.
Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga
membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat
mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang
sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada
hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik
dengan hal-hal yang "menyenangkan".
3. Sabar dalam menghadapi
ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang
bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan
orang yang dicintai dsb.
Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits
Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang
secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi
seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan
merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya
sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih
bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara
kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :
1. Sabar terhadap musibah.
Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering
dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk
sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, : Dari Anas bin Malik
ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang
sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW
bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut
menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak
mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian
diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi
adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia
tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW,
‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’
Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan
pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)
2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra
berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan
untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka
bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.
3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat
pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia
bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal,
kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR.
Muslim)
4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan. Dalam
sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari
kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau
mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi
kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan
melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik
dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada
telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).
5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang
muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap
dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang
tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas
kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)
6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata
bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas
kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau
pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).
Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran
Ketidaksabaran (baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati,
yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini
memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti
hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk
melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan
beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut
adalah;
1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia
semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini,
akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
2.
Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang,
sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan
tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang
dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk
dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.
3. Memperbanyak
puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa
nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga
merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.
4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk
berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan
jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah,
kikir, dsb.
5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia.
Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna.
Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup
besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika
merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang
yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti
ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal
ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri
untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.
7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun
tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan
keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.
Penutup
Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar
mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu'min, yang sesungguhnya
sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya
manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam
hidupnya.
Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah
pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar
adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga
dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah
secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah,
Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di
jalan-Nya.
0 Response to "Sabar Dalam Ibadah"
Posting Komentar